Silsilah dari Nyi Endang Geulis yaitu Mbah kuwu Cirebon dan istrinya
yaitu Nyai Endang Geulis putranya Prabu Siliwangi Pajajaran, ibunya Nyi Endang
Geulis yaitu Endah Ayu setelah menikah dengan mbah kuwu Cirebon diganti namanya
menjadi Nyi Putri Endang Geulis dan Mbah Kuwu Sangkan sesepuh Cirebon wiring
Putra Sangyang Danuwaji. Kalau mbah kuwu Cirebon nya Putra Sangyang Prabu
Siliwangi begitu beliau mempunyai wilayah kota Cirebon yaitu beliau. Karena di
wakilin oleh keponakannya yaitu sebagai pimpinan walinya yaitu Mbah Syarif
Hidayatullah sunan gunung jati Cirebon yaitu anaknya adiknya mbah kuwu Cirebon.
Jadi ibunda KIAN NYIMAS RARASANTANG sekarang bilangnya Syarifah Mudaim. Punya
anak lagi di pulau jawa di angkat menjadi wali songo yaitu mbah sunan Syarif
Hidayatullah. Di sini mbah kuwu Cirebon sebagai uwanya dan mertuanya.
Mbah Kuwu Sangkan merupakan paman dari Syarif Hidayatullah. Masyarakat
cirebon mengenal Mbah Kuwu sebagai uwa-nya Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati. Dalam berbagai literatur menurut Mahrus, Mbah Kuwu mempunyai 5
nama yaitu Pangeran Cakrabuana, Walang Sungsang, Haji Abdullah Iman, Syekh
Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang itu sendiri. Mbah Kuwu Sangkan
terlahir tiga bersaudara, yakni Mbah Kuwu Sangkan, Raden Kiansantang, beserta
Nyai Rarasantang dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang. Sebagai
Putra Mahkota, Mbah Kuwu Sangkan mewarisi sifat kepemimpinan ayahandanya yaitu,
Prabu Siliwangi. Hal ini terbukti dari pencapaiannya yang berhasil menduduki
takhta Cirebon di bawah Kerajaan Pasundan yang saat itu dipimpin Raja Galuh,
dan Mbah Kuwu merupakan raja pertamanya. Perjuangan Mbah Kuwu Sangkan membangun
Cirebon dan menyebarkan Islam dimulai pada usianya yang kala itu masih sangat
muda belia beliau baru menginjak usia 25 tahun. Ia mulai berdakwah, hingga
mencapai puncaknya saat ia menduduki singgasana kerajaan Cirebon, dari situ ia
memiliki kekuatan untuk memperluas wilayah dakwahnya.
Diceritakan saat Nyai Endang Geulis menikah dengan pangeran walang
sungsang pada tahun 1442 Masehi.Setelah menikah mereka singgah di lokasi talun
ini untuk membabad hutan dan mendirikan kampung.Peninggalan nya berupa
kolam-kolam dan sumur yang masih ada hingga saat ini,air nya pun tidak pernah
surut walau musim kemarau datang. Tujuan awal mereka membuat kolam dan sumur
tersebut tidak lain untuk di jadikan tempat wudhu bagi para semua pengikut nya
yang beragama islam. Serta sekarang masyarakat sekitar menggunakan kolam dan
sumur tersebut untuk syariat nujun bulan dan untuk syariat dagang/tempat usaha.
Supaya ada nya kemajuan, kelancaran dan kesuksesan.
0 komentar:
Posting Komentar